Lagi, ini tentang pengalaman pahit saya
saat jatuh miskin. Paska perasi kanker yang terakhir di Penang Adventist
Hospital, dokter sengaja tak memberi saya antibiotik. Padahal jahitan
di perut saya lumayan ngobras, sekitar 61 jahitan, memanjang dari ujung
kiri bawah dada hingga ke ujung kanan.
Selain dianggap tidak terlalu penting,
jaminan asuransi kesehatan saya cuma 5000 ringgit, sedang bea operasi
sendiri 4000 ringgit lebih. Pihak rumah sakit mungkin takut merugi.
Begitulah, ketika pulang dari rumah sakit, bea sudah membengkak menjadi
5089 ringgit, artinya saya mesti tekor 89 ringgit. Tetap, dokter tak
membekali saya dengan antibiotik, hanya obat semacam antalgin yang
berfungsi menghilangkan rasa sakit sementara.
Beberapa hari paska pulang dari hospital,
saya demam. Tak terpikir oleh saya terserang infeksi. Saya baru sadar
terkena infeksi, setelah di suatu pagi mengalir nanah semangkuk penuh
dari sela lubang jahitan. Mencoba menenangkan diri -karena saya tinggal
sendiri dan mengurus diri sendiri semenjak masuk rumah sakit hingga
tinggal di hostel- saya tutup luka di perut dengan gombal tebal, lalu
saya panggil taksi, berangkat menuju hospital. Sungguh perjalanan jauh,
menyebrangi selat Penang dan baru sampai satu setengah jam kemudian.
Setelah dokter mengeluarkan nanah di luka
dan melakukan perawatan kecil, dia memberi antibiotik yang saya tebus
sekitar dua ratus ringgit. Lumayan juga waktu itu. Namun, baru beberapa
butir antibiotik saya minum, tubuh saya terasa sakit, pening, lemas,
dll. Saya jadi curiga jangan-jangan saya alergi terhadap antibitik
tersebut.
Untung seorang kawan menyarankan saya
untuk membeli empu atau rimpang kunyit. Empu kunyit sebesar telapak
tangan tersebut saya parut, lalu air parutan (tanpa saya masak lagi)
langsung saya minum. Saya minum segelas dalam sehari, dengan bahan
sebuah empu sebesar kepalan tangan. Selain itu saya makan ikan haruan
(semacam ikan gabus) yang direbus. Begitu selalu.
Ajaib juga, infeksi sembuh dalam beberapa
hari. Luka mengering cepat. Saya terus mengonsumsi kunyit
berminggu-minggu. Efeknya memang terlihat. Tak lagi demam, tak ada
nanah, perdarahan berhenti, dan hilang semua bau dari tubuh. Selain itu,
saya menjaga makanan, tidak makan daging atau gorengan. Sedapat mungkin
bahan makanan rebus dan sayur mayur. Tapi kadang juga saya makan mie
instan karena terpaksa, ketika tak ada lagi yang bisa dimakan. Maklum,
sedang jatuh miskin. Hehe..
Kunyit atau Curcuma longa
merupakan salah satu jenis empon-empon yang lebih dikenal sebagai bumbu
dapur. Orang keturunan India kerap menggunakannya sebagai bahan utama
memasak kare. Selain itu, kunyit kerap dijadikan campuran jamu untuk
mengobati berbagai penyakit.
Yang saya suka dari rimpang kunyit ini
adalah sifatnya yang mendinginkan dan membersihkan. Baru saya tahu
kunyit memulihkan kondisi lambung, karena mampu merangsang, melepaskan
lebihan gas di usus, menghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan
darah.
Kunyit juga bisa digunakan sebagai obat
anti gatal, anti kejang, serta mengurangi pembengkakan selaput lendir di
mulut. Kunyit bahkan berkhasiat untuk menyembuhkan hidung yang
tersumbat. Caranya dengan membakar kunyit dan menghirupnya. Kunyit juga
bisa dipakai untuk menyembuhkan beberapa hal yang berkaitan dengan
penyimpangan pada kerja ginjal, misalnya bau badan yang tidak sedap dan
mata yang tidak tahan terhadap sinar. Khasiat ini saya rasakan benar
paska meminum air perasan kunyit beberapa kali.
Yang terpenting, kunyit boleh dikonsumsi
ibu hamil, dan tak membahayakan janin mereka. Bahkan ibu hamil yang
rutin mengonsumsi kunyit akan melahirkan bayi yang bersih dari
lemak-lemak yang seringkali menempel/menutupi seluruh badan bayi. Namun
itu harus kunyit yang alami, bukan yang instan dan banyak tersedia di
toko.
Tentu, pengalaman saya ini bisa saja
bertentangan dengan pendapat para dokter dan ahli medis. Tapi bila Anda
kepepet, dan tak punya cukup uang untuk membeli antibiotik, tips ini
boleh dicoba. Siapa tahu bisa membantu.
Salam sehat
Sumber :http://othervisions.wordpress.com